MEDIAINVESTIGASIMABES.CO.ID | [MERAUKE], PAPUA SELATAN ~ Indonesia harus bergerak cepat dan terukur untuk mengamankan kebutuhan pangannya sendiri. Tidak ada pilihan lain. Ketahanan pangan adalah ketahanan nasional. Kemandirian pangan bukan lagi sekadar cita-cita idealistik, tetapi kebutuhan strategis yang menyangkut keberlangsungan bangsa. Di tengah ancaman krisis pangan global, perubahan iklim, dan ketegangan geopolitik dunia. (23/06/ 2025).

Langkah Kementerian Pertanian RI membentuk Satuan Tugas Bantuan Kendali Operasi Ketahanan Pangan (Satgas BKO Han Pangan) merupakan langkah berani dan taktis. Penunjukan Mayjen TNI Ahmad Rizal Ramdhani, S.Sos., S.H., M.Han. sebagai Komandan Satgas menjadi simbol bahwa negara hadir secara penuh dan tegas dalam menyelesaikan problem pangan, tidak hanya dari sisi teknis pertanian, tetapi juga dalam hal manajemen strategi nasional.

Mayjen Ahmad Rizal Ramdhani secara tegas menyampaikan bahwa Indonesia harus mampu mewujudkan swasembada pangan dalam waktu dekat / secepatnya, agar dapat bersaing sebagai lumbung pangan dunia. Target ini bukanlah mimpi kosong. Dengan total lahan pertanian yang luas, curah hujan melimpah, dan bonus demografi produktif, Indonesia memiliki keunggulan yang tidak dimiliki banyak negara.
“Bila dikelola dengan benar, program ini bukan hanya menyelamatkan negeri dari krisis, tapi juga menjadikan Indonesia pemimpin dalam diplomasi pangan global dan internasional, “ ujar Ahmad Rizal Ramdhani, Senin (13/6/2025)
Lebih lanjut dirinya menegaskan, kini saatnya bangsa kita bersatu, pemerintah, TNI, petani, pengusaha, dan rakyat serta seluruh stake holder terkait. Karena di balik setiap bulir bulir padi yang kita panen, tersimpan harapan dan martabat Indonesia sebagai bangsa besar.
Lebih dari sekadar panen raya, program ini menuntut sinergi antara kekuatan negara dan kearifan lokal. Keterlibatan TNI dalam Satgas Pangan bukan untuk menggantikan peran petani, tetapi untuk memperkuat kelembagaan, mempercepat, pembukaan dan optimalisasi lahan, serta menjamin distribusi agar logistik pangan yang efektif.
“Kami telah melaksanakan panen dengan hasil yang cukup baik. Tentu hal ini ada bukti otentik,” ujar Mayjen Rizal, menegaskan keberhasilan tahap awal program ini.
Namun, keberhasilan program ini tidak cukup hanya pada capaian produksi. Ketahanan pangan sejati adalah tentang ketersediaan, keterjangkauan, keberlanjutan, dan keadilan. Pemerintah harus memastikan bahwa hasil panen tidak hanya melimpah, tetapi juga dapat diakses masyarakat luas dengan harga wajar.
“Tidak boleh ada lagi ironi di negeri agraris, petani panen, tapi tetap miskin; pangan tersedia, tetapi rakyat lapar.Pembangunan pertanian modern berbasis teknologi dan data, sebaiknya menjadi bagian dari agenda besar swasembada pangan. Perguruan tinggi, litbang, dan pelaku industri harus masuk dalam ekosistem, agar program ini tidak hanya padat karya, tetapi juga adaptif dan efisien. Kita butuh lompatan, bukan sekadar perbaikan kecil, ” tegasnya.
Indonesia sebagai lumbung pangan dunia bukan sekadar mimpi, tapi juga komitmen kemanusiaan. Saat ini dunia sedang mencari pusat-pusat produksi pangan baru yang kompeten, modern dan ramah terhadap lingkungan. ( Red )