MEDIAINVESTIGASIMABES.CO.ID | Karimunjawa ~ Pagi itu langit masih kelabu. Hujan sempat mengguyur sejak dini hari, menyisakan angin yang menusuk. Laut Jawa tak pernah bisa ditebak. Kadang tenang bagai kaca, kadang bergelora seakan ingin menelan apa pun yang melintas di atasnya. Namun, bagi belasan tenaga kesehatan Puskesmas Karimunjawa, gelombang bukan alasan untuk berhenti.
Dengan semangat yang tersimpan dalam dada, mereka menaiki kapal kayu sederhana. Kapal itu bergoyang pelan, seolah menguji nyali para penumpangnya. Di dalamnya ada kotak peralatan medis, obat-obatan, bahkan mesin USG portabel—barang mewah yang jarang sekali sampai ke pulau-pulau kecil.

“Bismillah, kita jalan,” ucap Chorirotun, S.Tr.Keb, Plt. Kepala Puskesmas Karimunjawa yang memimpin perjalanan. Senyumnya tipis, tapi matanya tajam penuh keyakinan.
Perjalanan Panjang, Harapan yang Dibawa
Perjalanan ke Desa Pulau Nyamuk memakan waktu hampir 2,5 jam dari Karimunjawa. Ombak sesekali menghantam lambung kapal, membuat beberapa nakes terpaksa merapatkan tubuh sambil menggenggam erat kursi kayu. Bagi mereka, rasa mual atau pusing bukan hal baru. Mereka sudah terbiasa. Yang lebih penting adalah sampai ke tujuan, karena di ujung laut sana, ada lebih dari 200 keluarga yang menanti dengan penuh harap.

“Kalau hanya bidan desa yang melayani, program kesehatan tidak bisa menyeluruh. Makanya kami harus datang langsung, membawa semua layanan,” ujar Chorirotun.
Senyum Anak-Anak, Rasa Syukur Orang Tua
Begitu kapal bersandar di dermaga kecil Pulau Nyamuk, warga sudah menunggu. Anak-anak sekolah berlarian, sebagian malu-malu, sebagian lagi antusias melihat dokter dan perawat datang.
Hari itu, layanan dimulai dengan cek kesehatan anak sekolah, pemeriksaan gigi, hingga USG untuk ibu hamil. Antusiasme warga luar biasa. Mereka berbondong-bondong datang, sebagian bahkan harus antre panjang di ruang kelas sederhana yang disulap jadi pos pelayanan kesehatan.
Bagi Nur Handayani (30), yang lumpuh sejak usia 8 tahun, kedatangan tenaga kesehatan ini adalah anugerah. “Alhamdulillah, pelayanannya bagus. Terima kasih sudah mau datang jauh-jauh memeriksa saya,” ucapnya dengan suara lirih namun penuh haru.

Di sudut lain, seorang ibu bernama Suhaili tampak lega. Anaknya, Ahmad Alzam Rafardhan (5), yang mengalami speech delay, mendapatkan pemeriksaan langsung di rumah. “Saya merasa diperhatikan. Petugas ramah, memberikan motivasi. Rasanya tidak sendiri lagi menghadapi kondisi anak,” katanya.
Dedikasi yang Tak Terbeli
Tentu saja, tak semua berjalan mulus. Faktor cuaca buruk kerap menjadi tantangan. Kapal mereka dibiayai dari Bantuan Operasional Kesehatan (BOK), tanpa ada subsidi tambahan. Peralatan medis harus diatur sedemikian rupa agar muat di kapal, belum lagi waktu perjalanan yang menguras tenaga.
Namun bagi para nakes ini, kesehatan warga lebih berharga daripada kenyamanan diri mereka.
“Kami selalu bilang, ini bukan sekadar tugas. Ini panggilan hati. Kalau bukan kami, siapa lagi yang datang untuk mereka?” ujar salah satu perawat dengan mata berkaca.
Apresiasi dan Harapan
Petinggi Desa Nyamuk, Muazis, tak kuasa menyembunyikan rasa bangganya. “Kami bisa merasakan pelayanan dokter dan perawat tanpa harus menyeberang. Semoga kegiatan seperti ini bisa lebih sering, minimal tiga sampai empat kali setahun,” pintanya.
Apresiasi juga datang dari Sekretaris Camat Karimunjawa, Muslikhan, yang menyebut pelayanan ini sebagai bukti nyata pengabdian tanpa batas. “Luar biasa. Kehadiran mereka memberi semangat baru bagi masyarakat untuk sadar pentingnya kesehatan,” katanya.
Jejak Pengabdian di Ujung Laut
Hari mulai sore ketika layanan selesai. Kotak-kotak obat kembali disusun, alat USG dikemas rapi, dan para nakes bersiap menyeberang pulang. Mereka lelah, wajah-wajahnya terlihat letih. Namun, di balik itu ada kebahagiaan tersendiri.
Karena mereka tahu, di setiap senyum anak-anak, di setiap ucapan syukur warga, tersimpan makna pengabdian yang jauh lebih besar dari sekadar profesi.
Mereka bukan sekadar tenaga kesehatan. Mereka adalah pelita di ujung laut, yang menyalakan harapan hidup sehat bagi masyarakat pulau-pulau kecil.
Petrus