MEDIAINVESTIGASIMABES.CO.ID | PADANG PANJANG (SUMBAR) ~ Program unggulan pemerintah “Makan Bergizi Gratis” (MBG) kembali menjadi sorotan. Di Kota Padang Panjang, puluhan hingga ratusan siswa dari tingkat SD hingga SMA dilaporkan mengalami gejala keracunan setelah mengonsumsi menu MBG yang dibagikan di sekolah, Selasa (7/10).
Berdasarkan data sementara yang diperoleh redaksi dari sumber internal Pemko Padang Panjang, sedikitnya tujuh sekolah di Kecamatan Padang Panjang Timur terindikasi terdapat siswa yang sakit dengan gejala serupa, yakni mual, muntah, pusing, dan demam.
Sekolah-sekolah yang masuk dalam daftar awal meliputi:
SDN 5 Padang Panjang Timur (Kelurahan Sigando)
SDN 7 Padang Panjang Timur (Kelurahan Ganting)
SDN 9 Padang Panjang Timur (Kelurahan Ekor Lubuk)
SDN 10 Padang Panjang Timur (Tabek Gadang, Kelurahan Ganting) — di mana sekitar 80 persen siswa dilaporkan sakit, namun telah dipulangkan pihak sekolah.
SMPN 3 (Kelurahan Ekor Lubuk)
SMKN 2 (Kelurahan Ganting)
SMA Negeri 1 Sumatera Barat, yang melaporkan 74 siswa mengalami demam setelah makan siang MBG.
Sumber dari lingkungan Dinas Pendidikan menyebutkan, mayoritas siswa yang sakit merupakan penerima menu MBG dari dapur yang sama, meski hingga kini pihak Pemko belum secara resmi mengumumkan nama penyedia atau dapur katering yang bertanggung jawab.
“Semua siswa yang mengeluhkan sakit sudah dilarikan ke RSUD Padang Panjang. Petugas kesehatan masih melakukan observasi dan pengambilan sampel makanan,” ungkap seorang petugas medis yang enggan disebut namanya.
Di lapangan, tim dari Dinas Kesehatan, Kominfo, dan Dinas Pendidikan Kota Padang Panjang terlihat melakukan pendataan langsung ke sekolah-sekolah terdampak. Sejumlah nama disebut turut berkoordinasi dalam investigasi awal, di antaranya Nasrullah Nukman, dan pihak dari Yayasan Ma’arif, yang diketahui menjadi salah satu mitra penyedia MBG di wilayah tersebut.
Belum ada keterangan resmi dari Pemerintah Kota Padang Panjang mengenai penyebab pasti kejadian ini. Namun, indikasi kuat mengarah pada makanan MBG yang dibagikan secara serentak pada hari kejadian.
Warga dan orang tua siswa meminta agar pemerintah tidak sekadar melakukan klarifikasi, tetapi juga mengungkap rantai penyediaan MBG secara transparan, termasuk asal bahan makanan, sistem pengawasan dapur, dan mekanisme distribusinya.
“Kalau anak-anak bisa sakit serentak di banyak sekolah, ini jelas bukan kebetulan. Ada yang salah di dapur atau dalam distribusi makanannya,” ujar salah satu wali murid SDN 9 Ekor Lubuk yang ditemui di RSUD Padang Panjang.
Kasus ini menambah daftar panjang dugaan keracunan yang dikaitkan dengan program MBG di berbagai daerah di Sumatera Barat. Hingga berita ini diturunkan, pihak RSUD masih merawat sejumlah siswa dengan gejala ringan hingga sedang, sementara sebagian lainnya telah dipulangkan.
Sementara itu, Kepala Bidang (Kabid) Penunjang RSUD Padang Panjang, Herki Toni mengatakan, seluruh siswa tersebut datang ke Rumah Sakit dengan gejala seperti, perut terasa sakit, mual, muntah, dan sesak napas. Ia menjelaskan, belum bisa memastikan seluruh siswa tersebut mengalami keracunan akibat MBG, sebab perlu pengujian labor untuk memastikan kandungan makanan yang telah dikonsumsi siswa tersebut.
Tim Media Investigasi Mabes masih menelusuri sumber dapur penyedia makanan serta dokumen kontrak pengadaan MBG di wilayah Padang Panjang Timur.
(Ferdi/Kabiro Padang)