INVESTIGASIMABES | Jakarta – Orang biasanya berpikir vaping tidak seburuk merokok, padahal kandungan yang dihirup masih mengandung nikotin dan bahan kimia berbahaya lainnya.
Kerusakan sampai kematian akibat paru-paru kolaps telah banyak didokumentasikan. Bahkan pada bulan Februari 2020, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) mengonfirmasi 2.807 kasus cedera paru terkait penggunaan rokok elektrik atau vaping (EVALI) dan 68 kematian yang disebabkan oleh kondisi tersebut.
Kondisi cedera paru parah juga dialami oleh seorang atlet MMA. Paru-parunya bahkan harus dipotong karena kerusakan parah akibat kebiasaan ngevape.
“Vape tidak pernah lepas dari tangan saya. Itu sangat, sangat biasa,” kenang Sean Tobin, dia biasa menggunakannya dari pagi hingga malam hari.
Terlepas dari kebiasaannya yang tidak sehat, dia tidak pernah mengira akan mengalami efek buruk karena pengabdiannya pada kebugaran. Dia biasa pergi ke gym hingga tujuh kali seminggu dan merupakan praktisi seni bela diri campuran yang setia.
Awalnya mengira dia menderita pneumonia, Tobin akhirnya mengunjungi pusat perawatan darurat setelah gejalanya memburuk sepanjang hari.
“Ahli radiologi membaca laporan saya, dan mereka memberi tahu saya bahwa paru-paru saya kolaps,” kata Tobin, yang akhirnya dibawa ke Rumah Sakit Concord New Hampshire, di mana mereka memastikan bahwa kerusakan itu disebabkan oleh vaping.
Dokter membuat sayatan di antara tulang rusuknya dan memasukkan selang dengan tujuan mengeluarkan udara yang terperangkap yang menghancurkan paru-paru dan dadanya.
Akibat hal itu, paru-parunya juga harus dipotong karena muncul bintik-bintik hitam di organnya itu. Dokter memastikan bahwa bintik tersebut adalah endapan karbon di paru-paru.
Untuk memperbaiki kerusakannya, ahli bedah terpaksa memotong sebagian kecil bagian atas paru-parunya.
“Sekarang saya tidak bisa mengangkat beban lebih dari 9 kg lagi. Ini sangat menghancurkan saya,” pungkasnya.