MEDIAINVESTIGASIMABES.CO.ID | Lubuk Basung (SUMBAR) ~ Program Makan Bergizi Gratis (MBG) kembali disorot. Kali ini, puluhan siswa TK dan SD di Nagari Manggopoh dan Kampung Tangah, Kecamatan Lubuk Basung, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, dilarikan ke Puskesmas Manggopoh pada Rabu (1/10) setelah mengalami muntah-muntah usai menyantap menu MBG di sekolah mereka.
Data sementara dari Dinas Kesehatan Kabupaten Agam mencatat sedikitnya 28 siswa terdampak, dengan 22 pasien masih dirawat di Puskesmas Manggopoh dan enam lainnya dirujuk ke RSUD Lubuk Basung. Tiga dari pasien tersebut membutuhkan penanganan medis lanjutan.
Kepala Dinas Kesehatan Agam, Hendri Rusdian, mengonfirmasi bahwa pihaknya menyiagakan lima unit mobil ambulans di Puskesmas Manggopoh, yang diperbantukan dari Puskesmas Lubuk Basung, Puskesmas Tiku, hingga RSUD Lubuk Basung.
“Ambulans dan tim medis sudah disiapkan untuk memastikan penanganan cepat jika ada pasien yang kondisinya memburuk,” katanya.
Mengapa Kasus Ini Terulang?
Peristiwa di Agam bukanlah yang pertama. Dalam beberapa pekan terakhir, laporan dugaan keracunan makanan MBG muncul di sejumlah daerah, termasuk Ngawi, Jawa Timur. Hal ini memunculkan pertanyaan serius soal rantai pengawasan pangan MBG, mulai dari proses pengadaan, distribusi, hingga kualitas penyimpanan makanan.
Hingga kini, belum ada pernyataan resmi terkait penyebab pasti keracunan di Agam. Namun pola gejala serupa – muntah-muntah dan gangguan pencernaan setelah mengonsumsi menu MBG – memperkuat dugaan bahwa masalah terletak pada kualitas makanan yang disajikan.
Tanggung Jawab dan Regulasi
Anggota DPR RI sebelumnya juga telah mendesak pemerintah pusat untuk segera menerbitkan Peraturan Presiden (Perpres) tentang tata kelola MBG, guna memastikan program tersebut tidak hanya berjalan secara administratif, tetapi juga menjamin aspek keamanan pangan bagi pelajar.
Pertanyaan yang kini mengemuka:
Apakah mekanisme kontrol kualitas MBG di tingkat daerah sudah dijalankan dengan benar?
Bagaimana proses tender, pemilihan penyedia makanan, hingga standar kebersihan dapur sekolah dipantau?
Dan yang terpenting, apakah ada evaluasi menyeluruh setelah kasus-kasus keracunan sebelumnya?
Catatan Awal
Kasus di Agam membuka kembali perdebatan soal implementasi MBG di lapangan. Alih-alih meningkatkan gizi siswa, kelalaian dalam rantai distribusi justru berpotensi membahayakan kesehatan mereka.
Sementara itu, tim medis masih terus melakukan perawatan terhadap puluhan siswa yang terdampak, sembari menunggu hasil uji laboratorium untuk memastikan penyebab keracunan.
(Ferdi/Tim Invest – Red)