Scroll untuk baca artikel
Example 250
Example 728x250
AcehBeritaDaerahNews

“Di Balik Berita, Ada Luka: Wartawan Aceh Tamiang di Tengah Bencana Ekologi”

×

“Di Balik Berita, Ada Luka: Wartawan Aceh Tamiang di Tengah Bencana Ekologi”

Sebarkan artikel ini



MEDIAINVESTIGASIMABES.CO.ID | ACEH TAMIANG — Lantai II Gedung DPRK Aceh Tamiang, Senin siang, 22 Desember 2025, menjadi saksi suasana yang tak lazim. Tidak terdengar denting konferensi pers, tidak pula sorot kamera memburu pernyataan pejabat. Yang hadir justru para wartawan—mereka yang selama ini berdiri di balik berita, kini duduk sebagai korban.

Para jurnalis dari perusahaan media anggota Serikat Perusahaan Suratkabar (SPS) Aceh itu adalah bagian dari masyarakat yang terdampak langsung bencana ekologi-meteorologi terparah yang pernah melanda Aceh Tamiang. Rumah terendam banjir, peralatan kerja rusak, jalur distribusi informasi terputus, dan sendi ekonomi keluarga ikut runtuh bersama derasnya arus berlumpur.
Di tengah kondisi itu, SPS Aceh menyalurkan bantuan sembako. Nilainya mungkin tidak besar dan jelas bukan solusi menyeluruh. Namun bagi para wartawan yang hidupnya ikut terseret bencana, bantuan tersebut menjadi penanda moral yang penting: mereka tidak dibiarkan berjuang sendirian.

Penyerahan bantuan dilakukan secara simbolis oleh Ketua SPS Aceh, Muktaruddin, kepada Kepala Biro Media Aceh Aceh Tamiang, Sayed Zainal M, SH, di Media Center Bersama Wartawan Peliput Bencana Ekologis. Ruang yang selama ini menjadi pusat kerja jurnalistik, siang itu berubah menjadi ruang empati dan solidaritas.

Wartawan di Tengah Puing Kehancuran
Bencana yang melanda Aceh Tamiang bukan sekadar banjir musiman. Lumpur pekat, gelondongan kayu dari hulu, longsor, dan arus deras menghantam pemukiman, infrastruktur, hingga fasilitas publik. Jalan terputus, jembatan ambruk, rumah dan sekolah luluh lantak diterjang material dari pegunungan.

Di tengah keterbatasan itu, wartawan tetap bekerja. Mereka menembus genangan, melintasi jalan rusak, menulis dengan pasokan listrik seadanya, dan mengirim berita dari gawai yang nyaris kehabisan daya. Ironisnya, pada saat yang sama, sebagian dari mereka juga kehilangan rumah, kendaraan, dan alat kerja.
“Ini bukan semata bencana alam. Ini bencana ekologi,” ujar Sayed Zainal dengan nada tenang namun sarat penekanan. Ia menegaskan bahwa kerusakan hulu, pembiaran lingkungan, serta eksploitasi yang tidak terkendali telah menciptakan rangkaian kehancuran dari gunung hingga hilir. Wartawan hanya mencatat realitas itu, tetapi mereka pun ikut menanggung akibatnya.

Solidaritas yang Menguatkan
Ketua SPS Aceh, Muktaruddin yang juga CEO Media Aceh dan Mediaaceh.co.id berdiri di hadapan para wartawan bukan semata sebagai pimpinan organisasi, melainkan sebagai sesama insan pers. Dengan suara bergetar, ia menyampaikan pesan penguatan.

“Bencana ini adalah kehendak Allah SWT, dan pasti ada hikmah di baliknya. Namun kita juga tidak boleh larut. Kita harus bangkit,” ujarnya. Ia mengakui bahwa sendi ekonomi para wartawan porak-poranda, tetapi menegaskan bahwa kondisi tersebut bukan alasan untuk menyerah.

Menurut Mukhtaruddin, tidak ada musibah yang bersifat abadi. Yang tersisa adalah pilihan manusia dalam menyikapinya—tenggelam dalam keputusasaan atau bangkit dengan kesadaran baru. Ia mengajak wartawan Aceh Tamiang untuk bersabar, bertawakal, dan terus berikhtiar menata kembali kehidupan yang terguncang.

“Tidak ada bencana yang tidak reda, dan tidak ada musibah yang berlangsung selamanya, Saatnya kita bangkit bersama,” tegasnya, Lebih dari Sekadar Bantuan Bagi Sayed Zainal, bantuan sembako tersebut bukan sekadar paket kebutuhan pokok, melainkan “ruang bernapas” di tengah tekanan ekonomi yang menyesakkan. Bantuan itu memberi waktu dan kesempatan bagi wartawan untuk bertahan sembari menata ulang kehidupan, la juga menyampaikan harapan agar ke depan, perhatian SPS Aceh dapat menjangkau wartawan secara lebih luas, tidak terbatas pada perusahaan media anggota semata. Sebab, bencana tidak mengenal kartu keanggotaan.
Aceh Tamiang, menurutnya, merupakan wilayah dengan dampak paling parah dibanding daerah lain di provinsi tetangga. Dampaknya tidak hanya bersifat fisik, tetapi juga psikologis dan ekonomi—termasuk bagi insan pers.
Antara Profesionalisme dan Luka Pribadi
Dalam setiap liputan bencana, wartawan dituntut tetap objektif dan profesional. Namun di Aceh Tamiang, batas antara peliput dan korban nyaris lenyap. Ada wartawan yang melaporkan rumah warga hanyut, sementara rumahnya sendiri terendam. Ada yang menulis tentang jembatan ambruk, sementara akses menuju kampung halamannya terputus. Ada pula yang menyiarkan kabar duka sambil menyimpan kecemasan keluarganya di pengungsian.
“Semua pihak sudah bekerja maksimal sesuai perannya—pemerintah, TNI-Polri, elemen sipil, relawan, hingga masyarakat,” ujar Sayed. Karena itu, ia mengajak semua pihak untuk menghentikan saling menyalahkan dan memusatkan energi pada pemulihan bersama.
“Ini bukan bencana biasa. Ini bencana ekologi, akibat ulah manusia. Mari bangkit bersama, meski tertatih,” tegasnya.
Pers, Ingatan, dan Kesadaran
Di tengah krisis, peran pers justru kian vital. Wartawan bukan hanya penyampai informasi, tetapi penjaga ingatan kolektif. Mereka mencatat luka, menelusuri sebab, dan mengingatkan agar tragedi serupa tidak terulang.
Namun untuk menjalankan peran itu, wartawan juga harus dijaga—bukan untuk dimanjakan, melainkan agar mampu bertahan secara manusiawi. Bantuan sembako dari SPS Aceh memang sederhana, tetapi memuat pesan besar: solidaritas internal pers masih hidup.
Aceh Tamiang hari ini adalah hamparan luka—lumpur yang mengering di dinding rumah, jembatan yang patah, dan trauma air bah yang datang tanpa ampun. Di balik itu, tumbuh kesadaran bahwa bencana ini bukan semata takdir, melainkan peringatan keras tentang relasi manusia dan alam.
Dengan langkah tertatih, para wartawan bangkit. Dengan solidaritas, mereka bertahan. Dan dengan kesadaran baru, Aceh Tamiang perlahan menatap masa depan—lebih waspada, lebih jujur pada alam, dan lebih manusiawi pada sesama.
( Kaperwil Aceh — Andre )

MABESMEDIAINVESTIGASI
Author: MABESMEDIAINVESTIGASI

MEDIAINVESTIGASIMABES.CO.ID dalam menjalankan tugas, wajib memiliki Tanda Pengenal (Kartu Pers) yang masih aktif, Surat Tugas dan namanya tercantum dalam Box Redaksi. Laporkan segera bila ada tindakan melanggar Hukum dan Kode Etik Jurnalistik, yang mengatasnamakan MEDIAINVESTIGASIMABES.CO.ID.

Example 300250

Tinggalkan Balasan